0









AGAMA TANPA  BUDAYA
Zailani MA: Dosen FAI UMSU
            Islam lahir di tengah hiruk pikuk budaya Jazirah Arab.  Perpaduan  ajaran Islam dan budaya setempat menjadikan Islam semakin” berwarna”.  Dengan tidak meninggalkan subtansi ajaran   murni.   Ketika ajaran ini datang pada suatu tempat,  maka Islam akan  menampilkan wajah yang  merangkul dan mewarnainya. Dalam dinamika pemikiran  dan paham keagamaan, tentu menimbulkan pro dan kontra.  Dalam demensi tektual – simbolis, memahami  bahwa Islam yang ditampilkan Rasul ditanah Arab murni  seluruhnya bagian dari kreasi  Qur’an-sunnah.  Bukan bagian dari budaya Arab. Maka tidak heran bila  adab sehari-hari sebagian  masyarakat muslim di Indonesia termasuk berpakaian  rujukan   disesuaikan dengan  masyarakat Arab dimana Rasul hidup.  Di sisi lain muncul kelompok kontektual – subtantif, melihat  prilaku Rasul dari sudut pandang maksud dan tujuan.   Memahami sesuatu tidak  berdasarkan tampilan atau simbol. Tapi lebih melihat apa yang tersirat dari simbol tersebut.
            Islam lahir bukan pada tempat yang hampa budaya. Dia  hadir  disaat manusia hidup  dengan tradisi berurat dan berakar.  Tapi agama ini mempunyai spirit dan kekuatan untuk  merubah suatu kaum yang kuat, gigih disiplin dan berbudaya, jauh lebih kuat dan tahan banting. Sebut saja  zaman  sahabat. Mereka  berjuang dan berperang dengan pantang menyerah. Bagi mereka syahid adalah adalah anugrah.  Islam juga mampu melahirkan  peradaban pada suatu bangsa dan kerajaan, sebut saja Abbasiah, Umayyah atau Turki Usmani. Perang melawan penjajah  di bangsa ini, juga tidak lepas dari semboyan fisabillilah dan mati syahid. Bila ditilik perjalanan agama ini pada bangsa di Timur Tengah dan sampai ke Asia Tenggara, menandakan Islam  sudah tahan uji dalam menghadapi badai dan rintangan. Karena naluri dari Islam adalah  merangkul, bersahabat dan pantang Menyerah.
            Disadari atau tidak, terkadang Islam jadi tertuduh manakala seorang muslim tidak  menampilkan sosok yang berbudaya islami. Atau budaya tersebut hanya terlihat  manakala di mesjid dan perayaan hari  besar.  Tidak jarang  kondisi nihil ini dibanding-bandingkan dengan  negara  yang minoritas muslim namun mempunyai budaya sosial yang baik. Korea Selatan, sekitar  40  persen penduduknya tidak beragama.  Namun  itu tidak menghalangi  diri mereka untuk  tertib berlalu lintas,  disiplin, gigih, maju dan rendahnya tindakan kriminal. Prilaku  seperti ini lahir dilatar belakangi banyak faktor. Tapi faktor Islam tidak menjadi domain utama karena   Kristen dan Buddha  mendominasi di Negara ini.  Sebaliknya bila   memandang sesaat ke bangsa ini dengan mayoritas penduduknya  beragama Islam, belum sepenuhnya menjadi elan vita, motor pengerak. Paling  agama akan dibawa  bila berhubungan dengan kepentingan  elit politik. Inilah yang sangat disayangkan,  Islam seolah menjadi terdakwa manakala ada umat yang melakukan korupsi, pembunuhan, pelecehan seksual dan jenis kejahatan yang lain.  Bahkan perdebatan antar paham, sebut  saja fikih  yang dialami  antar organisasi Islam, terkadang masuk ke dalam  sikap kafir mengkafirkan.  Tudingan seperti ini bukan hanya melemahkan umat tapi juga pamor dan persaudaraan semakin luntur.
            Islam  dengan ajarannya,  hendaknya biar mengalir dan masuk kepada kelompok dan masyarakat mana saja.   Untuk masyarakat perkotaan,  Sepatutnya   memunculkan rasa  dan tanggung  jawab bersama. Bagaimana  membentuk masyarakat kota yang yang metropolitan tapi tetap islami. Hak umum, baik untuk masyarakat, hewan dan tumbuhan tetap  menjadi perhatian. Pelajaran yang mampu dipetik dari  nasehat  Rasul tidak menebang pohon saat  berperang, mengindikasikan  bahwa dalam suasana kacaupun rasul masih menghargai  makhluk  yang  hidup berdampingan dengan manusia apalagi dalam membangun kota. Tentu jauh lebih diutamakan, bukan sebaliknya.   Dalam konteks pekerjaan bagaimana Islam mengajarkan apabila telah selesai suatu pekerjaan,  pindah pada pekerjaan yang lain.   Ini budaya yang positip bagi semua.
            Kehidupan  beragama   belum semua masuk ke dalam sendi-sendi kehidupan  umat. Dalam beberapa aspek, Islam  masih sering dipandang  agama akhirat, yang lebih banyak menjelaskan Surga dan Neraka, atau pahala dan dosa.  Ini tentu menpengaruhi cara berpikir  dalam melihat  upaya fastabikhul khairat.  Orang kaya dermawan  dengan senang hati memberikan sumbangan untuk  membangun masjid.   Dengan landasan Kitab suci bahwa dia akan  mendapat rumah yang indah di Surga.   Atau memberikan zakat harta  dengn cara membagi-bagikan  kepada sejumlah fakir msikin atau para peminta, supaya dinikmati untuk kebutuhan sehari- hari. Ini tentu merupakan prestasi yang baik.  Jika Budaya ini dimenej secara baik mampu melahirkan peradaban,  bisa dikelola lebih terorganisir. Bagaimana membuat masjid menjadi tempat yang paling digandrungi anak muda.  Dengan berbagai  macam aktifitasnya.  Bagaimana penyaluran   bantuan  zakat, infak dan sedekah lebih menyentuh persolan dasar  masyarakat muslim,  yang minim keterampilan, lapangan kerja dan sokongan dana membangun usaha.

            Pemahaman  ajaran agama   secara komprehensip dengan   tetap membuka diri  mengikuti perkembangan   zaman.  Memberikan ruang dan opsi munculnya budaya Islam itu sendiri.   Tidak ada yang  meragukan daya tahan Islam terhadap budaya lokal suatu daerah. Ibaratnya Islam bagaikan aliran air yang mengisi sekat yang masih kosong.   Disisi lain  Pelaksanaan ajaran secara ritual  dapat menjelma menjadi  ajaran  sosial. Ketika seseorang melaksanakan haji, sholat fardhu dan zakat fitrah, wajib  sesuai dengan  waktunya, begitu juga di aktifitas sosial. Bagaimana mualamah dalam segala aspek duniawiyah turut mengacu dari sumber ajaran yang ada.   Dari sinilah muncul kehidupan muslim yang berbudaya, dinamis.  Islam Tidak lagi hanya menjadi  komiditi. Tapi menjadi landasan utama dalam  melihat dan berbuat disegala menu kehidupan. Wallahu a’lam.

Posting Komentar

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.