0
ZAILANI, MA: DOSEN FAI UMSU
(BAGIAN: I )

Perdamaian adalah impian semua orang.  Tanpa itu, semua yang diraih bagaikan buih di tengah lautan. Rasa aman dan damailah yang membuat seseorang bisa bertahan dalam waktu yang cukup lama pada suatu kondisi dan situasi. Bahkan untuk mewujudkan perasaan damai, sebagian orang berlomba-lomba mencari  guru spritual guna memberikan  tausiah batin untuk mewujudkan  rasa tersebut. Namun tidak selamanya   impian itu dapat diraih dengan  cara –cara yang lembut. Tidak sedikit kejadian untuk mendapatkan  keadaan yang nyaman dan  tentram  orang harus angkat senjata, berperang  demi  mengejar tujuannya.
Kehadiran   kita di tengah dunia, dengan  memiliki peran ganda, pertama  sebagai abdullah( hamba Allah)  dan yang kedua sebagai khalifah( pemimpin).  Dengan  kedua fungsi tersebut di atas, merupakan ukuran   bahwa  manusia dianggap paling layak menebarkan kedamaian.  Tapi disisi antogonisnya,  kita juga  dapat  menghancurkan   benteng  kedamaian tersebut dalam setiap sesi kehidupan. Dewasa ini, kita sering menjumpai pertikaian, pembunuhan, perampokan dan dalam skala yang besar adalah peperangan.  Contoh-contoh di atas jelas memberikan gambaran betapa sulit mencari perdamaian dan  menjaganya  tetap utuh dalam bingkai  keberagaman suku, ras, agama dan  budaya yang ada. Menurut penulis ada beberapa   faktor  pemicu terjadinya konflik dan menghacurkan sendi perdamaian, antara lain: Pertama, ekonomi. Kesenjangan dan perbedaan   sosial yang cukup tinggi  merupakan salah satu faktor terjadinya konflik.   Perbedaan tersebut diukur dengan kaya dan miskin. Kontribusinya cukup besar dalam meruntuhkan  kedamaian.
 Ekonomi berhubungan erat dengan harta yang dimiliki.   Seseorang  bisa “gelap mata” hanya  karena himpitan ekonomi  yang semakin dalam dan mencekam.  Dalam waktu  yang bersamaan  dia melihat  saudara-saudaranya bergelimang harta namun tidak  punya rasa empati terhadap kesusahannya.  Kondisi ini bisa  berpengaruh kepada kepribadian dan ketaatannya pada hukum bisa hilang demi memenuhi  kebutuhan dasarnya.   
Harta yang ada,  juga bisa menimbulkan  benih pertikaian.  Dia mampu  merubah  pendirian dari yang  teguh menjadi   lemah, dari yang suci menjadi kotor dan dari yang beriman  menjadi   budak nafsu. Bahkan   di zaman Rasul, pasca perang Hunain,  hampir saja  meruntuhkan bangunan persaudaraan antara kaum Anshar dan muallaf yang berasal dari Mekkah( baca: Muhajirin). Hanya karena pembagian harta ghonimah yang tidak sepadan pembagiannya menurut  kaum muslimin  dari Madinah. Mereka berpandangan Rasul tidak adil terhadap mereka. Kalaulah  bukan karena Muhammad  sebagai seorang Rasul mungkin kaum Anshar tidak percaya dengan semua argumentasi Rasul. Namun semua dapat diselesaikan dengan baik oleh Nabi. Ini tergambar dari dialog Rasul dengan orang Anshar: “Wahai kaum Anshar, aku sempat mendengar berita-berita dari kalian dan dalam diri kalian ada perasaan tidak puas hati terhadapku. Bukankah dulu aku datang ketika kalian dalam keadaan sesat dan Allah memberikan petunjuk kepada kalian? Bukankah dahulu kalian adalah miskin lalu Allah membuat kalian menjadi kaya dan hati kalian bersatu?”Mereka menjawab, “Begitulah, Allah dan rasul-Nya lebih murah hati dan banyak kurnianya”.“Apakah kalian tidak ingin memenuhi seruanku wahai orang Anshar?”Mereka menjawab, “Dengan apa kami harus memenuhi seruanmu wahai Rasul? Segala anugerah dan kurnianya hanyalah milik Allah dan Rasul-Nya”.Lalu Nabi bersabda, “Demi Allah, jika kalian mau, kalian perlu membenarkan dan dibenarkan, maka kalian boleh katakan, “Engkau telah datang kepada kami ketika engkau didustakan kaum engkau, kami menerima engkau. Ketika engkau dalam keadaan lemah, kamilah yang menolong engkau. Ketika engkau diusir, kamilah yang memberikan tempat. Ketika engkau dalam keadaan papa, kamilah yang menampung engkau”.Setelah mengingatkan orang-orang Anshar bahwa mereka lebih berjasa kepada Rasulullah SAW dari orang-orang Quraisy, Nabi kemudian bersabda, “Apakah di dalam hati kalian masih terdetik hasrat kepada dunia yang dengan keduniaan itu sebenarnya aku hendak mengambil hati segolongan orang agar masuk Islam. Sementara terhadap keislaman kalian aku tidak lagi meragukannya? Wahai sahabat Anshar, apakah di hati kalian tidak berkenan jika mereka membawa pulang kambing dan unta, sedangkan kalian pulang bersama Rasulullah ke tempat tinggal kalian? ”Demi Zat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk golongan Anshar. Jika para sahabat menempuh suatu jalan di celah gunung dan orang-orang Anshar menempuh suatu celah yang lain, tentu aku akan memilih celah yang dilalui oleh orang Anshar. Ya Allah, rahmatilah orang-orang Anshar, anak-anak Anshar, dan cucu orang-orang Anshar”.Setelah mendengar tausiah dari Rasulullah SAW yang mengajak mereka mendahulukan akhirat dan nikmat yang besar, mereka pun menitiskan air mata hingga janggut mereka basah lembab dengan air mata sambil berkata, “Kami ridha tindakan Rasulullah dalam urusan bagian dan pembagian. Setelah itu, mereka puas dan kembali ke tempat mereka semula”. Yang perlu diambil dari kejadian ini bukan dialognya saja, tapi ambisi terhadap harta dan dunia mampu menimbulkan konflik internal umat, inilah yang harus dijaga. Makanya  Allah mewajibkan zakat, infak, sedekah sebagai bagian menghilangkan jurang perbedaan tersebut dan kedamaian dapat terjalin antara sikaya dan simiskin.

Kedua, politik.  Faktor kedua ini  juga  sangat dominan memberikan andil yang cukup besar dalam membuka ruang pertikaian dan konflik. Kasus  yang yang dapat dijadikan ibrah adalah negeri kita ini, Indonesia. Situasi  politik yang memanas   Menjelang dan pasca  pemilihan pilpres sampai  masuk dalam ranah   jajaran  legislatif. Kondisi tersebut bukan hanya  telah merobek  ikatan persaudaraan sebangsa  dan setanah air. Tapi juga  merusak  tatanan nilai  kekeluargaan yang menjadi simbol masyarakat kita.   Bahkan karena perbedaan politik,  seseorang  rela mengorbankan pertemanan, keluarga dan hubungan seagama.   Sikap ambisius dalam  hal ini bukan hanya melahirkan jurang  perbedaan. Tapi juga  menumbuhkan-kembangkan bibit-bibit permusuhan antar sesama dan situasi ini bisa   berakibat  fatal karena dapat menghancurkan ketenangan dan ketentraman, stabilitas perdamaian akan terganggu. Makanya  Islam  memberikan wejangan agar segala tindakan politik harus didasari prinsip untuk  umat, dakwah dan kemaslahatan.  Bukan berdasarkan  kelompok atau golongan. Dua faktor di atas hanya dua bagian kecil pemicu terjadinya konflik dan akan disambung penulis dalam tulisan selanjutnya. Waallahu a’lam.

Posting Komentar

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.