ZAILANI, MA: DOSEN FAI UMSU
(BAGIAN: I )

Kehadiran kita di tengah dunia, dengan memiliki peran ganda, pertama sebagai abdullah(
hamba Allah) dan yang kedua sebagai khalifah( pemimpin). Dengan
kedua fungsi tersebut di atas, merupakan ukuran bahwa
manusia dianggap paling layak menebarkan kedamaian. Tapi disisi antogonisnya, kita juga dapat
menghancurkan benteng kedamaian tersebut dalam setiap sesi
kehidupan. Dewasa ini, kita sering menjumpai pertikaian, pembunuhan, perampokan
dan dalam skala yang besar adalah peperangan.
Contoh-contoh di atas jelas memberikan gambaran betapa sulit mencari
perdamaian dan menjaganya tetap utuh dalam bingkai keberagaman suku, ras, agama dan budaya yang ada. Menurut penulis ada
beberapa faktor pemicu terjadinya konflik dan menghacurkan
sendi perdamaian, antara lain: Pertama, ekonomi. Kesenjangan dan perbedaan sosial yang cukup tinggi merupakan salah satu faktor terjadinya
konflik. Perbedaan tersebut diukur
dengan kaya dan miskin. Kontribusinya cukup besar dalam meruntuhkan kedamaian.
Ekonomi berhubungan erat dengan harta yang
dimiliki. Seseorang bisa “gelap mata” hanya karena himpitan ekonomi yang semakin dalam dan mencekam. Dalam waktu
yang bersamaan dia melihat saudara-saudaranya bergelimang harta namun
tidak punya rasa empati terhadap
kesusahannya. Kondisi ini bisa berpengaruh kepada kepribadian dan ketaatannya
pada hukum bisa hilang demi memenuhi
kebutuhan dasarnya.
Harta
yang ada, juga bisa menimbulkan benih pertikaian. Dia mampu
merubah pendirian dari yang teguh menjadi
lemah, dari yang suci menjadi
kotor dan dari yang beriman menjadi budak nafsu. Bahkan di zaman Rasul, pasca perang Hunain, hampir saja
meruntuhkan bangunan persaudaraan antara kaum Anshar dan muallaf yang
berasal dari Mekkah( baca: Muhajirin). Hanya karena pembagian harta ghonimah yang tidak sepadan pembagiannya
menurut kaum muslimin dari Madinah. Mereka berpandangan Rasul tidak
adil terhadap mereka. Kalaulah bukan
karena Muhammad sebagai seorang Rasul
mungkin kaum Anshar tidak percaya dengan semua argumentasi Rasul. Namun semua
dapat diselesaikan dengan baik oleh Nabi. Ini tergambar dari dialog Rasul
dengan orang Anshar: “Wahai kaum Anshar, aku sempat mendengar berita-berita
dari kalian dan dalam diri kalian ada perasaan tidak puas hati terhadapku.
Bukankah dulu aku datang ketika kalian dalam keadaan sesat dan Allah memberikan
petunjuk kepada kalian? Bukankah dahulu kalian adalah miskin lalu Allah membuat
kalian menjadi kaya dan hati kalian bersatu?”Mereka menjawab, “Begitulah, Allah
dan rasul-Nya lebih murah hati dan banyak kurnianya”.“Apakah kalian tidak ingin
memenuhi seruanku wahai orang Anshar?”Mereka menjawab, “Dengan apa kami harus
memenuhi seruanmu wahai Rasul? Segala anugerah dan kurnianya hanyalah milik
Allah dan Rasul-Nya”.Lalu Nabi bersabda, “Demi Allah, jika kalian mau, kalian
perlu membenarkan dan dibenarkan, maka kalian boleh katakan, “Engkau telah
datang kepada kami ketika engkau didustakan kaum engkau, kami menerima engkau.
Ketika engkau dalam keadaan lemah, kamilah yang menolong engkau. Ketika engkau
diusir, kamilah yang memberikan tempat. Ketika engkau dalam keadaan papa,
kamilah yang menampung engkau”.Setelah mengingatkan orang-orang Anshar bahwa
mereka lebih berjasa kepada Rasulullah SAW dari orang-orang Quraisy, Nabi
kemudian bersabda, “Apakah di dalam hati kalian masih terdetik hasrat kepada
dunia yang dengan keduniaan itu sebenarnya aku hendak mengambil hati segolongan
orang agar masuk Islam. Sementara terhadap keislaman kalian aku tidak lagi
meragukannya? Wahai sahabat Anshar, apakah di hati kalian tidak berkenan jika
mereka membawa pulang kambing dan unta, sedangkan kalian pulang bersama
Rasulullah ke tempat tinggal kalian? ”Demi Zat yang jiwa Muhammad di
tangan-Nya, kalau bukan karena hijrah, tentu aku termasuk golongan Anshar. Jika
para sahabat menempuh suatu jalan di celah gunung dan orang-orang Anshar
menempuh suatu celah yang lain, tentu aku akan memilih celah yang dilalui oleh
orang Anshar. Ya Allah, rahmatilah orang-orang Anshar, anak-anak Anshar, dan
cucu orang-orang Anshar”.Setelah mendengar tausiah dari Rasulullah SAW yang
mengajak mereka mendahulukan akhirat dan nikmat yang besar, mereka pun
menitiskan air mata hingga janggut mereka basah lembab dengan air mata sambil
berkata, “Kami ridha tindakan Rasulullah dalam urusan bagian dan pembagian.
Setelah itu, mereka puas dan kembali ke tempat mereka semula”. Yang perlu diambil
dari kejadian ini bukan dialognya saja, tapi ambisi terhadap harta dan dunia
mampu menimbulkan konflik internal umat, inilah yang harus dijaga. Makanya Allah mewajibkan zakat, infak, sedekah
sebagai bagian menghilangkan jurang perbedaan tersebut dan kedamaian dapat
terjalin antara sikaya dan simiskin.
Kedua,
politik. Faktor kedua ini juga
sangat dominan memberikan andil yang cukup besar dalam membuka ruang
pertikaian dan konflik. Kasus yang yang
dapat dijadikan ibrah adalah negeri kita ini, Indonesia. Situasi politik yang memanas Menjelang dan pasca pemilihan pilpres sampai masuk dalam ranah jajaran
legislatif. Kondisi tersebut bukan hanya telah merobek
ikatan persaudaraan sebangsa dan
setanah air. Tapi juga merusak tatanan nilai
kekeluargaan yang menjadi simbol masyarakat kita. Bahkan karena perbedaan politik, seseorang
rela mengorbankan pertemanan, keluarga dan hubungan seagama. Sikap ambisius dalam hal ini bukan hanya melahirkan jurang perbedaan. Tapi juga menumbuhkan-kembangkan bibit-bibit permusuhan
antar sesama dan situasi ini bisa
berakibat fatal karena dapat
menghancurkan ketenangan dan ketentraman, stabilitas perdamaian akan terganggu.
Makanya Islam memberikan wejangan agar segala tindakan
politik harus didasari prinsip untuk
umat, dakwah dan kemaslahatan.
Bukan berdasarkan kelompok atau
golongan. Dua faktor di atas hanya dua
bagian kecil pemicu terjadinya konflik dan akan disambung penulis dalam tulisan
selanjutnya. Waallahu a’lam.
Posting Komentar
0 komentar
Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.