0

Zailani, MA: Dosen FAI UMSU
Dalam diri manusia terdapat  dua sisi yang saling berlawanan.  Ada potensi  melakukan kebaikan  juga keinginan  melakukan kejahatan. Tergambar dalam firman Allah dalam surah Ashams ayat  9-10, artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa,  dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. Dalam demensi sosial, manusia  terdiri dari dari dua jenis.
Pertama kelompok altruis, golongan ini ditandai dengan orang yang suka berbagi dan berbuat kebajikan untuk orang lain.  Kebahagiaan mereka terletak pada  besar dan kecil kebermanfaatan dirinya  pada  masyarakat, Semakin besar  bantuan kepada orang lain, maka semakin tinggi pula rasa kepuasaan yang didapat.  Sejarah awal Islam,   sahabat dekat Rasul mencerminkan sikap di atas,  Abu Bakar Assidiq, Umar, Usman dan Ali.  Di Eropa pendiri facebook, Mark Zuckerberg termasuk salah satunya.  Tidak ketinggalan pemain sepakbola dunia, Cristiano Ronaldo, Ini contoh nyata bahwa sikap altruis bisa lahir dan hadir pada siapa saja, terbebas dari suku dan agama.
Dalam Islam, sikap ini menjadi  karakter muslim  kaffah. “Agama wahyu”ini  dilabeli sebagai  Islam rahmatil a’lamin.  Manifestasinya  terwujud  melalui pemeluknya. Indentitas muslim bukan hanya tergambar dari cara berpakaian, tapi  lebih dari itu,. Bila dia seorang  pembisnis, bisnisnya saling menguntungkan bagi siapapun yang  bermuamalah dengannya. Begitu juga dengan profesi yang lain.
Sikap altruis  bisa dalam bentuk personal dan juga kelembagaan Dewasa ini  dapat disaksikan bantuan negara-negara pendonor, khususnya Negara Maju yang memberikan bantuan kepada negara-negara  berkembang dan terbelakang. Prilaku Negara Maju ini disebut altruis. Bila didalami, sikap ini muncul diawali dengan kepada mentalitas. Seseorang walaupun tidak mempunyai harta, tapi dia memiliki sikap dermawan, orang tersebut tentu mencari ragam cara menunjukkan  sikap  sayang dan pemberi. Dia akan akan melihat potensi apa yang dia miliki untuk memberi dan membantu. Tidak selamanya dalam bentuk fisik, adakalanya abstrak. Allah pun memberikan  ulasan dan komitmen bagi mereka yang  memberikan kebahagiaan. Dalam Al-Quran surah Annur ayat 22, artinya “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
Kelompok kedua, adalah golongan orphan, jenis manusia ini, kebalikan dari  yang pertama, kalau yang pertama  punya sifat menyenangkan orang dan melepaskan kesusahan.  Pada kelompok kedua ini; dia merasa bahagia  bila orang-orang disekelilingnya   memberikan  kebahagaian padanya. Ini lebih kepada mental untuk disenangkan. Dominasi sikap orphan  melahirkan  pribadi bergantung pada orang lain.  Dalam pandangan ilmu biologi, jenis manusia seperti ini disebut parasit.  Ibarat lintah, dia akan terus menghisap darah korban sampai akhirnya dia kenyang. Dalam diri manusiapun sikap ini sering dijumpai.  Sikap ini tidak juga dimonopoli orang miskin dan susah,. Orphan bisa hadir pada orang kaya ,pejabat dan yang sudah punya  prestise di masyarakat.  Dia berharta, tapi  bermental orphan,  terus meminta orang lain memberikan sesuatu dalam aspek dia butuhkan.
Tak jarang  altruis bisa dimiliki oleh orang papa. Sedangkan  jutawan  bersikap orphan. Alquran menyebut orang seperti ini bakhil. Sebagaimana Qur’an menyebutkan  dalam surah Al, addiyat ayat 8, artinya: “Sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta”.
Pada hubungan seorang ibu dengan bayi, ibu digambarkan dengan kelompok altruis yang sebisa mungkin memberikan apapun demi memberikan rasa  aman lahir batin untuk si bayi. Sedangkan si bayi mewakili kelompok orphan  yang selalu minta di kasihani dan di perhatikan.  Secara usia, bayi  tak mampu memberikan  apapun pada orang lain. Karena dibatasi oleh  fisik yang masih lemah.
Prilaku penjajahan juga seperti  Belanda dan Jepang  yang pernah menjajah Indonesia,  lebih didominasi sikap orhpan. Karena sikap kolonial yang mengambil harta kekayaan, tenaga, pikiran bahka nyawa untuk menyenangkan Belanda dan Jepang. Dalam kontek hubungan pemerintah, antara rakyat dan pemimpin  Negara, punya kesempatan altruis dan juga orphan. Esensinya pemimpin Negara  punya tanggung jawab memberikan rasa aman  dari segala aspek  hidup. Disisi yang lain mereka juga  orphan,  Ada timbal balik melalui pajak, memberikan pemasukan dan gaji untuk  memcukupi kebutuhan  pribadi para wakil rakyat. Bila ini seimbang akan terciptalah hormonisasi antara ulil amri dan rakyat.  
Adakalanya dimana seseorang harus bersikap orphan,  Contohnya, seorang yang mau berdoa kepada Allah. Karena bahasa pendoa, penuh dengan keluh dan kesah.  dan inferior, merasa tidak bisa berdiri sendiri tanpa bantuan  Allah. Bahkan etika berdoapun lebih kepada menggambarkan posisi orphan, membaca istighfar, membaca shalawat, puja-puji kepada sang Robb. Ini menandakan  bagaimana Tuhan sendiripun ingin  hambanya dihadapan  bersikap  “doib” apalagi dibumbuhi dengan tangisan. Sebaliknya ketika berjibaku dengan hidup sehari-hari mental altruis idealnya lebih ditonjolkan. Dalam skala yang lebih besar Negara-negara mayoritas muslim   bisa menunjukkan  karakter   altruis pada negera  lain, ini dan menunjukan  maskulinitasnya pada  dunia.

Tuhan menciptakan  manusia dengan segala keunggulan dan keutamaannya. Dalam hal ajaran agama, Islam mempunyai  nilai dan kekuatan untuk mengkonstruksi muslim untuk  bersikap  altruis.  Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam seperti membayar zakat dan haji, ajaran ini memberikan pelajaran terselubung  bahwa  Islam menghendaki umatnya kuat dan bertindak berdasarkan petunjuk dan value yang terkandung dalam sumber  ajaran. Walllahu a’lam.

Posting Komentar

Dear readers, after reading the Content please ask for advice and to provide constructive feedback Please Write Relevant Comment with Polite Language.Your comments inspired me to continue blogging. Your opinion much more valuable to me. Thank you.